Pendidikan Seksual Sejak Dini Pada Anak

Selama menjadi orangtua, seringkali bayang-bayang tanya menghantui. Salah satu yang paling membingungkan untuk dijawab adalah; sejak kapan kita harus mengajarkan seksualitas kepada anak? Hal apa saja yang harus diajarkan? Banyak dari kita para orang tua yang merasa khawatir tentang cara dan saat yang terbaik dalam mengajarkan pendidikan seksual kepada anak-anak. Sebelum membahas pendidikan seksualitas pada anak, orang tua harus mengetahui terlebih dahulu definisi seks itu sendiri.
Seks tidak hanya berarti hubungan badan antara laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga mencakup 3 hal mendasar: alat kemaluan, birahi, dan hubungan yang melibatkan sentuhan badan di antara laki-laki dan perempuan. Sementara seksualitas mencakup 4 dimensi, yaitu dimensi biologis, dimensi cultural, dimensi sosial, dan dimensi psikologis.
Sebagai orang tua, kita wajib memberikan pengetahuan dan keterampilan yang berguna terkait masalah-masalah seksualitas. Pasti dahi kita berkernyit mendengarnya, “Memangnya anak kecil sudah waktunya diberitahu tentang keterampilan seksual?”. Tentu saja yang dimaksud dengan keterampilan seksualitas bukan tentang posisi hubungan badan dan sebagainya melainkan tentang keterampilan mengenali anggota tubuhnya dan menjaganya dari pelecehan seksual sejak dini.
Seberapa dini yang dinamakan anak usia dini yang wajib diajarkan pendidikan seksualitas itu sebenarnya? Sebenarnya seluruh anak-anak dari usia 0 tahun sampai sebelum masuk pubertas sudah dapat diajarkan tentang seksualitas.
Mengapa seksualitas sangat penting untuk diajarkan kepada anak usia dini? Bukankah itu sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya sehingga tidak perlu diajarkan siapa-siapa? Eits, jangan salah ya Ayah Bunda, ada beberapa alasan penting mengapa pendidikan seksual harus kita ajarkan pada anak usia dini.
1. Sebab di masa sekarang semua bisa mengakses informasi apa saja kapan saja. Anak-anak kita bisa saja dengan mudah mendapat gambaran hal-hal seksual secara tidak sengaja di luar sana.
2. Pergaulan pada masa sekarang kadang-kadang menyebabkan anak menjadi lebih nyaman untuk bercerita pada teman-teman dibanding kepada orang tuanya. Coba kita pikirkan baik-baik, lebih aman manakah kita yang menjelaskan tentang mimpi basah kepada anak lelaki kita ataukah dia menceritakannya kepada teman-teman sekolahnya?
3. Agar anak-anak kita tidak menjadi pelaku maupun korban pelecehan seksual
4. Sebab anak-anak suka bertanya hal-hal seksualitas sederhana seperti “Dari mana adik bayi lahir?”
Hal-hal di atas akan mendorong kita sebagai orang tua memberikan pendidikan seksual kepada anak usia dini. Bukankah kita tidak ingin anak-anak ktia mendapat informasi seksual dari tempat yang salah?
Sebenarnya anak usia 3-7 tahun sudah memiliki ketertarikan pada seksualitas dengan bertanya hal-hal semacam “Mengapa aku punya penis dan Bunda ngga punya?” atau “Katanya om itu laki-laki tapi kok pakai anting ya Ma?”
Anak-anak pada usia 3-7 tahun mulai mengerti akan gender role, gender typing, dan gender identification. Di saat inilah orang tua dapat memulai memberi penjelasan yang sehat, benar, dan jelas tentang seksualitas.
Bagaimana cara memberikan pendidikan seksual kepada anak usia dini?
1. Sesuaikanlah dengan usia anak dan tahap perkembangannya. Jika anak masih berusia 0-2 tahun, orang tua dapat memperkenalkan semua anggota tubuh dan mengidentifikasi jenis kelamin mereka sendiri. Jika anak berusia 2-5 tahun, orang tua dapat memperkenalkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan, bagian area tubuh pribadi, dan cara menjaga kesehatan bagian area tubuh pribadi. Jika anak berusia 5-9 tahun, orang tua dapat mengajarkan norma sosial dan norma agama, cara menghargai tubuh sendiri dan orang lain, dan konsep reproduksi sederhana.
2. Orang tua harus siap dan percaya diri dalam menyampaikan pendidikan seksual kepada anak-anak. Tundalah sampai merasa yakin saat menjawab pertanyaan hal-hal seksualitas yang diungkapkan oleh anak-anak kita. Sebab anak-anak dapat mengetahui jika orang tua tidak nyaman dalam mengungkapkannya. Ketidaknyamanan ini dapat ditangkap sebagai hal yang membingungkan oleh anak.
3. Isi penjelasan yang diberikan kepada anak haruslah objektif dan rasional. Tidak berlebihan dan tidak mengada-ada. Sebagai contoh, jika anak kita bertanya mengapa ibunya bisa hamil, jangan dijawab karena terlalu banyak makan sehingga perut membesar. Tetapi jawablah bahwa orang yang menikah bisa hamil karena memiliki pasangan.
4. Pendidikan seksual pada anak usia dini dapat dimulai dengan menamakan kemaluan mereka dengan benar, yaitu penis dan vagina. Hindari kata-kata yang ambigu contohnya seperti “dompet” untuk kemaluan anak perempuan dan “burung” untuk kemaluan anak laki-laki. Penamaan kemaluan dengan kata-kata yang ambigu akan menyulitkan orang tua dalam mengidentifikasi cerita anak jika mereka mengalami pelecehan atau kekerasan seksual di masa depannya.
5. Ajari anak-anak kita untuk menjaga dan menutup tubuh mereka dengan baik. Meskipun usianya masih di bawah 2 tahun, tetap ajarilah anak-anak untuk menutup tubuh mereka dengan sopan. Kadang-kadang karena alasan anak masih kecil, orang tua memberikan pakaian sekenanya pada bayi mereka. Contohnya hanya memakai celana dalam dan kaus singlet padahal pendidikan seksual dimulai dari mengajari anak untuk menjaga dan menutup anggota tubuh mereka.
6. Pisahkan tidur anak dengan yang berjenis kelamin berbeda. Sejak kapan sebenarnya anak harus berpisah tidur dengan orang tuanya? Sebenarnya setelah masa penyusuan selesai seorang anak dapat mulai diajari untuk tidur secara terpisah dari orang tuanya.
7. Jauhkanlah anak-anak dari tontonan dan bacaan yang mengandung unsur pornografi. Penelitian terbaru membuktikan bahwa otak yang terpapar pornografi mengalami kerusakan yang lebih parah daripada otak yang terpapar narkoba.
8. Segeralah merespon jika anak bertanya tentang seksualitas. Jangan bersembunyi dengan anggapan anak akan tahu dengan sendirinya. Jawablah dengan rumus KISS (Keep It Short and Simple). Jawablah pertanyaan anak dengan yakin dan percaya diri.
Pendidikan seksual pada anak usia dini harus disertai dengan pendidikan agama, psikologis, ssial, budaya, dan kesehatan. Ornag tua harus memperbanyak menambah pengetahuan dan keterampilan bagaimana metode memberikan pendidikan seksual pada anak usia dini. Salah satu caranya adalah dengan bermain.
Untuk anak-anak, bermain adalah pekerjaan yang menyenangkan. Melalui kegiatan bermain, orang tua dapat menyisipkan materi pendidikan seksual tanpa merasa rikuh atau kikuk. Berikut ini beberapa permainan yang dapat dilakukan bersama buah hati tercinta di rumah;
1. Body Tracing
Permainan ini dilakukan dengan mengajak anak untuk berbaring merentangkan tangan di atas selembar kertas. Orang tua membuat pola dari bentuk tubuh si anak pada kertas tersebut. Setelah mendapatkan gambar pola tubuh anak, ajaklah anak untuk mewarnai dari mulai kepala hingga kaki.
Orang tua dapat mengajak anak memberikan warna yang berbeda pada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Melalui permainan ini, anak-anak diharapkan dapat mengerti bagian tubuh yang pribadi dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.
2. Making a Doll
Permainan ini mengajak anak untuk membuat boneka dari bahan art foam yang dapat orang tua peroleh di toko-toko buku terdekat. Bahan art foam yang lembut tetapi mudah dibentuk akan memudahkan saat digunting menyerupai boneka. Setelah menjadi sebuah boneka, ajaklah anak untuk mengenal anggota-anggota bagian tubuh si boneka. Sebutkan bagian yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Tips untuk orang tua dalam memberikan pendidikan seksual :
1. Ajarkan anak untuk bisa mandi dan berpakaian sendiri ya Ayah Bunda. Minimal saat anak masuk tingkat SD ia dapat membersihkan sendiri saat BAK dan BAB.
2. Selalu periksa kondisi tubuh si kecil. Ayah dan Bunda dapat memanfaatkan kesempatan mandi untuk menanyakan kondisi fisik si kecil yang dirasakan berubah. Hal ini dapat menghindarkan si kecil dari kekerasan fisik maupun pelecehan seksual.
3. Sering-seringlah mengobrol dan berikan rasa nyaman pada anak. Hal ini akan membangun komunikasi yang positif sehingga anak akan mempercarai untuk bercerita di masa depannya
Selamat memberi pendidikan seksual yang sehat, benar, dan jelas kepada anak usia dini! Selamat melindungi generasi anak-anak kita dari pelecehan dan kekerasan seksual!